Friday, 4 October 2013

Dieng Plateau - Wonosobo - Jawa tengah

The lofty plateau of Dieng 2093m above sea level is home to some of the oldest Hindu temples in Java ., 

welcome to Dieng Plateau
Cepogo Boyolali
Bunga yang tumbuh di sekitar Kawah Sileri
View on Merapi Volcano

Tieng 1789m above see level
Arjuna Temples area



walk with mbah Semar
Tracking with local kids at Candradimuka crater

Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata Bahasa Kawi: "di" yang berarti "tempat" atau "gunung" dan "Hyang" yang bermakna (Dewa). Dengan demikian, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam




Bima Temple

view to go to Candradimuka crater

To go to Sikidang crater

view on Sileri creter

In front of Candradimuka crater

View on Telaga warna ( lake color)

Farmer carry seed potatoes to plants



in Wonosobo
View from the other side of Telaga Warna( lake color)



Wild cherry find it next to Candradimuka crater

Farmers pose in front Candradimuka crater

Dieng Plateau's Workers


silahkan mengunjungi blog saya yang lain http://andani-moment4infinity-8144265.blogspot.com/

Friday, 25 May 2012

Kepulauan Banda



Kepulauan Banda, Photo diambil dari Pulau Rhun

Gugusan Kepulauan Banda Naira di Propinsi Maluku  terbentang di Laut Banda, Pulau Banda, terletak kurang lebih 136 km sebelah tenggara Ambon dan selatan Pulau Seram. 


Buah Pala


Gugusan Kepulauan Banda

 Pulau terbesar dalam gugusan ini adalah pulau Banda Besar yang bentuknya seperti bulan sabit. Di Pulau ini terdapat batu karang yang menjulang dengan ketinggian kurang lebih 20 meter Pulau ini di namakan Pulau Kapal. Dekat pulau Manuk, kedalaman air mencapai lebih dari 6.500 meter.

Pulau Gunug Api dengan ketinggian 670 meter di atas permukaan laut terletak di sebelah barat Pulau Banda Naira dan Banda Besar. Naira adalah Ibu Pulau dan kota pelabuhan Kepulauan Banda Naira yang dipisahkan oleh laguna biru yang dalam dengan Pulau Gunung Api. 

Pulau Gunung Api
Pulau lainnya yaitu Pulau Hatta ( Pulau Rosengain), 
Pulau Ay, Pulau Nailaka,
Pulau Manukang, Pulau Rhun,
Pulau Sjahrir ( Pulau Pisang) dan Pulau Karaka.

Pulau Hatta


Pada abad ke- 17 dan ke- 18 pulau Banda Naira pernah menjadi pusat perdagangan pala dan fuli ( bunga pala) dunia, karena Kep.

Fuli(bunga Pala)
Biji Pala

Banda adalah satu-satunya sumber rempah-rempah yang bernilai tinggi. Kepulauan Banda berubah menjadi kebun-kebun pala (“perken”) yang dikelola oleh para pensiunan VOC yang dinamakan “perkeniers”.

Wellvaren
Salah satu rumah Perkerniers pada jaman Belanda


Kemakmuran kepulauan Banda pada masa itu masih bisa kita saksikan sampai sekarang dalam bentuk bangunan rumah-rumah mewah bergaya kolonial (Perkeniers Huizan).



Gedung Pemerintahan VOC


Yang salah satunya digunakan oleh Bung Hatta dan Soetan Syahrir antara tahun 1936 hingga 1942 dalam masa pembuangannya.

Rumah pembuangan Soetan Syahrir
(Perdana Menteri Indonesia Pertama dan Satu2nya)
 

Rumah pembuangan Soetan Syahrir
(Perdana Menteri Indonesia Pertama dan Satu2nya)

Menurut buku Pak Des Alwi tentang Sejarah Banda, banyak orang Banda ditawan dan diangkut ke Batavia (kini Jakarta) dimana hingga kini masih ada Kampung Bandan. Masih  dibawah pimpinan dan kekuasan Jan Pieterszoon Coen “Empat Puluh Empat” pemimpin Banda yang mereka sebut

Rumah pembuangan Moh. Hatta
(Wakil Presiden Indonesia Pertama)

“ Orangkaya”   dijatuhi hukuman mati dengan cara di bantai secara sadis, boleh jadi disinilah puncak kebengisan dan kebiadaban penjajah Belanda.


Lukisan Menggambarkan sejarah 8 May 1621
Pembantaian Orangkaya di Banda

Peristiwa pembantaian Orangkaya ini pada tanggal 8 Mei 1621 yang dilaksanakan oleh sejumlah samurai Jepang yang disewa oleh VOC di Jepang. Akhirnya Banda dikuasai oleh Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada waktu itu.


Istana Mini

Sepenggal kisah dari sejarah Indonesia.

Perjalanan ke pulau Banda kali ini berbeda dengan perjalanan saya ke Montreal Kanada. Ke Kanada ditempuh dengan pesawat terbang dengan jarak tempuh tiga puluh enam jam dari Denpasar-Bali. Ke Banda Carl dan saya memilih menggunakan transportasi laut  yaitu kapal Pelni untuk menuju pulau Banda diperkirakan akan menempuh waktu sekitar empat hari empat malam.

Anak-anak di dermaga Pulau Rhun

Perjalanan dengan kapal menurut saya lebih menyenangkan karena pelan-pelan tapi pasti sampai ditempat tujuan. Dan yang paling mengasyik-kan kita dapat berkunjung juga ke kota-kota lain dimana kapal tersebut singgah untuk berlabuh menurunkan atau menaikan penumpang atau pun untuk barang.
Pohon Pala

Arial photo Pulau Ai..

Yang paling mengesankan adalah berjumpa dengan orang baru dari berbagai Pulau selama pelayaran. Seperti peribahasa mengatakan “sekali dayung dua pulau terlampaui”. Ha hay...
Perjalanan saya dimulai dari pulau Dewata Bali menggunakan BMW travel transport ke Surabaya, di Surabaya saya menuju pelabuhan tanjung perak untuk memulai pelayaran saya ke Banda Naira melalui pelabuhan Makasar (Sulawesi selatan).


My Kapten Carl not Cole
 
Dari Makasar pelayaran akan diteruskan ke pelabuhan Bau-bau (Sulawesi tenggara). Lanjut dari Pelabuhan Bau-bau pelayaran diteruskan ke Ambon, terakhir dari Pelabuhan di Ambon langsung ke Banda Neira.


Pelabuhan di Banda Naira
 
Orang bilang Banda adalah surga yang tersembunyi and paradise for diving. Surga yang tersembunyi mungkin karena belum terlalu ramai seperti Bali dan mungkin karena untuk pergi ke pulau ini dibutuhkan waktu yang cukup karena mengingat belum banyak transportasi yang menuju ke pulau Banda.

Kids going to school


Kapal pelni hanya setiap dua minggu sekali ada pelayaran ke Banda. Dengan pesawat terbang Banda-Ambon Tiga kali Seminggu begitu pula sebaliknya dengan maksimum barang bawaan 10 kg per orang.

Belgica fort


Paradise for diving karena jernihnya air laut bak cristal yang bening berkilauan, dengan kehidupan bawah laut dengan beribu-ribu macam spesies ikan dan koral yang berwarna-warni bak permadani yang membentang seluas perairan sekitar banda, karena airnya yang masih murni belum tercemar oleh lingkungan yang kotor.


Benteng Nassau

Yang paling berkesan buat saya tentang Banda adalah "Nilai sejarah" dari kepulauan ini sangat tinggi. Begitu saya menginjakan kaki di Banda serasa saya kembali pada 200 tahun yang lalu. Disaat saya mengunjungi bangunan-bangunan kuno seperti dapat merasakan betapa megah nya bangunan ini pada waktu itu.




Bangunan Rumah tua
bekas pemerintahan VOC
Semoga blog dan tulisan ini bisa menjadi Inspirasi temen-temen semua untuk mengunjungi Banda dan lebih mencintai Indonesia dengan berbagai macam budaya dan nilai sejarahnya..
Di Blog selanjutnya saya akan memberikan sedikit cerita tentang pulau-pulau yang ada di kepulauan Banda.
tunggu kabar selanjutnya ya..

Ini film untuk kenangan kita di Banda Naira..
Enjoy..

Bagus_Bagus (Nice_Nice) from Carl Valiquet on Vimeo.

Please visit my other blog about MOMENT products http://andani-moment4infinity-8144265.blogspot.com/

Silahkan kunjungi blog saya yang lain tentang produk MOMENT http://andani-moment4infinity-8144265.blogspot.com/


Monday, 9 April 2012

Gaspésie




Di Cap-Chat untuk pameran photo Pak Carl bertemakan Indonesia
Gaspésie (nama resmi), atau Gaspé Peninsula atau Gaspé, adalah semenanjung di sepanjang pantai selatan Sungai Saint Lawrence di Quebec, Kanada, memperluas ke Teluk Saint Lawrence.
Hal ini terpisah dari New Brunswick di sisi selatan oleh Baie des Chaleurs (Chaleur Bay) dan Sungai Restigouche.



Mr. Guy Lavigueur & Mr. Carl Valiquet mempunyai pameran photo bersama di Cap-Chat.
Photo by : Andan
 Nama "Gaspé" mungkin berasal dari kata Mi'kmaq gespeg berarti "tanah terakhir ".
Namun, "Gaspé" bukan mungkin mutasi dari kata Basque "Gerizpe" yang berarti "tempat tinggal”. Daerah Semenanjung Gaspe, pada 30.341 kilometer persegi. Populasi adalah sekitar 100.000 jiwa.

Gaspé mengklaim, gelar "Cradle of Perancis-Kanada", karena pada tanggal 24 Juli 1534, Jacques Cartier berhenti di teluk setelah kehilangan jangkar selama badai dan secara resmi menguasai daerah tersebut dengan menanam sebuah kayu  salib dengan mantel raja dan mengucapkan kalimat Vive le Roi de Perancis (yang berarti "Hidup Raja Perancis"). Disana Cartier bertemu suku asli yang disebut sebagai wilayah Honguedo, mungkin arti kata Mi'kmaq adalah "tempat pertemuan".

Paspebiac
Gaspé pertama kali didirikan pada tahun 1855. Dari 1861-1866, Sekitar 40 sampai 50 kapal Eropa bersandar setiap tahunnya, banyak negara membuka konsulat di Gaspé, termasuk Italia, Amerika Serikat, Brasil, Portugal, dan Norwegia. Di tahun 1911, Sekarang ke Gaspé bisa ditempuh dengan kereta api dan bus.
Andan & Phare  Cap-Des-Rosiers
Tapi ambisi kota ini untuk menjadi pelayaran internasional dan pusat transportasi berakhir dengan semakin pentingnya pelabuhan Montreal dan Halifax.
(beberapa sumber di ambil dari wikipedia)
menikmati kesejukan di Gaspé.

Percé
Pantai utara yang didominasi tebing di sepanjang semenanjung Sungai St Lawrence  Cap Gaspé, menjorok ke Teluk St Lawrence, adalah titik paling timur semenanjung.. Perce Rock (atau Rocher Perce),

Rocher Percé.
Photo by Andan

Sebuah pulau  seperti batu besar yang memmiliki sebuah lengkungan alami yang menjadi simbol dari Gaspésie itu sendiri. letaknya hanya lepas pantai dari ujung timur semenanjung. Seperti halnya Bali hampir sama memakai Tanah lot sebagai simbol untuk pariwisatanya. Sama2 mempunyai karang bolong. Hanya perbedaannya kalau di Bali selalu hangat oleh sinar matahari kalo di Rocher Perce sangat dingin meskipun di musim panas.

Rocher Percé.
Photo by Andan
Kawasan itu dalam tanah air tradisional masyarakat Mi'kmaq, yang disebut Sigsôg tempat ("bebatuan terjal" atau "tebing") dan Pelseg ("tempat memancing"). Pada 1603, Samuel de Champlain mengunjungi beberapa daerah dan batu yang terkenal diberi nama Isle Percée ("Pulau Piercee"). Selama abad ke-17, tempat itu digunakan sebagai persinggahan terutama untuk kapal yang akan bepergian ke Quebec.


Rocher Percé.
Photo by Andan

Digunakan sebagai pusat nelayan musiman selama era baru. Pemukiman permanen dimulai pada awal abad ke 19 dengan kedatangan Irlandia, Perancis Kanada, dan Jerseynatives.

Paspebiac

Pada tahun 1801 Paroki Saint-Michel-de-Perce didirikan Perce menjadi lokasi penangkapan ikan yang paling penting di Semenanjung Gaspé 




Phare  Cap-Des-Rosiers
  
Phare Cap-Des-Rosiers



La Martre Lighthouse.
By Andan


Menjumpai beberapa mercusuar atau yang disebut Light House di Gaspésie, yang sampai sekarang masih digunakan keberadaannya.

La Martre Lighthouse.
By Andan


Seperti di Dunia Khayal pemandangan ini yang menambah keindahan yang tak terlupakan dalam kenangan saya selama berkunjung di negeri maple sirup ini.


Photo diambil dari Turquoiz cafe.
photo by: Andan


Turquoiz cafe di La Martre adalah tempat yang sangat indah dengan pemandangan laut didepan ditambah dengan mercusuar berwarna merah yang sangat mengagumkan dan pemandangan pegunungan di belakang penginapaan ini. Pemiliknya seorang seniman lukis nama nya Marie Alexandrine Hudon dan suaminya Jean-Jacques Élie sebagai photographer.
Teman-teman bisa mengetahui lebih tentang lighthouse merah ini di link : La Martre Light house sudah diterjemahkan oleh omm Google kok.


Selama perjalanan kita di Gaspe dalam acara “Rencontres Internationales de la photographie en Gaspésie”
Pameran Photographi yang mengusung tema " INDONESIA". Saya merasa bangga bisa hadir di acara ini dan mempromosikan Indonesia-ku lewat buah karya dari Mr. Carl Valiquet yang sangat menawan. Dan tak lupa pula dalam acara ini pihak penyelenggara meminta untuk memutar film yang Mr. Carl Valiquet dan saya buat. film ini tentang Pekerja keras masyarakat Indonesia yang tersebar di beberapa daerah. Antara lain Sumbawa, Bali, Madura, Jawa, Flores, Sumba, Lombok, dan Sulawesi.

Photo dari Carl Valiquet untuk pameran photo di Cap-Chat.



Pengunjung yang sedang menikmati pameran photo Carl Valiquet di Cap-Chat.



Film ini adalah sebuah perpaduan antara photography dan film yang dikemas menjadi sebuah karya yang membuat kita tidak lupa untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan yang maha esa. Karena mereka semualah, apa yang kita butuhkan tersedia di atas meja kita. Contohnya Garam, yang selalu kita perlukan untuk perasa di dalam hidangan dan untuk apa saja. 

Penayangan film Day In. Day Out di Cap-Chat. Mendapatkan respon yang sangat mengesankan dari para penonton.

Dibawah ini adalah cuplikan dari film Day In. Day Out.

 



Photo anak-anak dari Bali di upacara potong gigi, untuk pameran photo di Cap-Chat.



Kota Murdochville, sekitar 660 meter (2.170 kaki) di atas permukaan laut. Disini terdapat

Kincir angin di Cap-Chat.

beberapa turbin angin ( kincir angin) bila berputar bersama-sama akan menghasilkan listrik dengan kapasitas yang sangat besar.


 
PEMANDANGAN DI SEPUTAR GASPÉSIE:
Beberapa Photo yang sempat kita abadikan selama perjalanan mengelilingi Gaspésie. Saya sangat terpukau dengan keindahan disini. Rasanya saya tidak mau pulang lagi ke Indonesia setelah menikmati keindahan kota-kota di Canada.

Pemandangan di Point-à-la-Garde.


Sekitar Donnacona


Rocher Percé


Padang bunga Canola di Notre Dame du Portage

Di Gaspe dengan photograph yang diambil oleh Benoit Aquin.

Di St. Simon kota yang indah






Pemandangan di Grande vallee
by Andan



Pemandangan di Cacouna





jalan-jalan di senja hari sambil menikmati keindahan pelabuhan di Matane.


Marsoui



Cap-Des-Rosiers




Notre Dame du Portage

Please visit my other blog about MOMENT PRODUCT http://andani-moment4infinity-8144265.blogspot.com/