Friday, 25 May 2012

Kepulauan Banda



Kepulauan Banda, Photo diambil dari Pulau Rhun

Gugusan Kepulauan Banda Naira di Propinsi Maluku  terbentang di Laut Banda, Pulau Banda, terletak kurang lebih 136 km sebelah tenggara Ambon dan selatan Pulau Seram. 


Buah Pala


Gugusan Kepulauan Banda

 Pulau terbesar dalam gugusan ini adalah pulau Banda Besar yang bentuknya seperti bulan sabit. Di Pulau ini terdapat batu karang yang menjulang dengan ketinggian kurang lebih 20 meter Pulau ini di namakan Pulau Kapal. Dekat pulau Manuk, kedalaman air mencapai lebih dari 6.500 meter.

Pulau Gunug Api dengan ketinggian 670 meter di atas permukaan laut terletak di sebelah barat Pulau Banda Naira dan Banda Besar. Naira adalah Ibu Pulau dan kota pelabuhan Kepulauan Banda Naira yang dipisahkan oleh laguna biru yang dalam dengan Pulau Gunung Api. 

Pulau Gunung Api
Pulau lainnya yaitu Pulau Hatta ( Pulau Rosengain), 
Pulau Ay, Pulau Nailaka,
Pulau Manukang, Pulau Rhun,
Pulau Sjahrir ( Pulau Pisang) dan Pulau Karaka.

Pulau Hatta


Pada abad ke- 17 dan ke- 18 pulau Banda Naira pernah menjadi pusat perdagangan pala dan fuli ( bunga pala) dunia, karena Kep.

Fuli(bunga Pala)
Biji Pala

Banda adalah satu-satunya sumber rempah-rempah yang bernilai tinggi. Kepulauan Banda berubah menjadi kebun-kebun pala (“perken”) yang dikelola oleh para pensiunan VOC yang dinamakan “perkeniers”.

Wellvaren
Salah satu rumah Perkerniers pada jaman Belanda


Kemakmuran kepulauan Banda pada masa itu masih bisa kita saksikan sampai sekarang dalam bentuk bangunan rumah-rumah mewah bergaya kolonial (Perkeniers Huizan).



Gedung Pemerintahan VOC


Yang salah satunya digunakan oleh Bung Hatta dan Soetan Syahrir antara tahun 1936 hingga 1942 dalam masa pembuangannya.

Rumah pembuangan Soetan Syahrir
(Perdana Menteri Indonesia Pertama dan Satu2nya)
 

Rumah pembuangan Soetan Syahrir
(Perdana Menteri Indonesia Pertama dan Satu2nya)

Menurut buku Pak Des Alwi tentang Sejarah Banda, banyak orang Banda ditawan dan diangkut ke Batavia (kini Jakarta) dimana hingga kini masih ada Kampung Bandan. Masih  dibawah pimpinan dan kekuasan Jan Pieterszoon Coen “Empat Puluh Empat” pemimpin Banda yang mereka sebut

Rumah pembuangan Moh. Hatta
(Wakil Presiden Indonesia Pertama)

“ Orangkaya”   dijatuhi hukuman mati dengan cara di bantai secara sadis, boleh jadi disinilah puncak kebengisan dan kebiadaban penjajah Belanda.


Lukisan Menggambarkan sejarah 8 May 1621
Pembantaian Orangkaya di Banda

Peristiwa pembantaian Orangkaya ini pada tanggal 8 Mei 1621 yang dilaksanakan oleh sejumlah samurai Jepang yang disewa oleh VOC di Jepang. Akhirnya Banda dikuasai oleh Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada waktu itu.


Istana Mini

Sepenggal kisah dari sejarah Indonesia.

Perjalanan ke pulau Banda kali ini berbeda dengan perjalanan saya ke Montreal Kanada. Ke Kanada ditempuh dengan pesawat terbang dengan jarak tempuh tiga puluh enam jam dari Denpasar-Bali. Ke Banda Carl dan saya memilih menggunakan transportasi laut  yaitu kapal Pelni untuk menuju pulau Banda diperkirakan akan menempuh waktu sekitar empat hari empat malam.

Anak-anak di dermaga Pulau Rhun

Perjalanan dengan kapal menurut saya lebih menyenangkan karena pelan-pelan tapi pasti sampai ditempat tujuan. Dan yang paling mengasyik-kan kita dapat berkunjung juga ke kota-kota lain dimana kapal tersebut singgah untuk berlabuh menurunkan atau menaikan penumpang atau pun untuk barang.
Pohon Pala

Arial photo Pulau Ai..

Yang paling mengesankan adalah berjumpa dengan orang baru dari berbagai Pulau selama pelayaran. Seperti peribahasa mengatakan “sekali dayung dua pulau terlampaui”. Ha hay...
Perjalanan saya dimulai dari pulau Dewata Bali menggunakan BMW travel transport ke Surabaya, di Surabaya saya menuju pelabuhan tanjung perak untuk memulai pelayaran saya ke Banda Naira melalui pelabuhan Makasar (Sulawesi selatan).


My Kapten Carl not Cole
 
Dari Makasar pelayaran akan diteruskan ke pelabuhan Bau-bau (Sulawesi tenggara). Lanjut dari Pelabuhan Bau-bau pelayaran diteruskan ke Ambon, terakhir dari Pelabuhan di Ambon langsung ke Banda Neira.


Pelabuhan di Banda Naira
 
Orang bilang Banda adalah surga yang tersembunyi and paradise for diving. Surga yang tersembunyi mungkin karena belum terlalu ramai seperti Bali dan mungkin karena untuk pergi ke pulau ini dibutuhkan waktu yang cukup karena mengingat belum banyak transportasi yang menuju ke pulau Banda.

Kids going to school


Kapal pelni hanya setiap dua minggu sekali ada pelayaran ke Banda. Dengan pesawat terbang Banda-Ambon Tiga kali Seminggu begitu pula sebaliknya dengan maksimum barang bawaan 10 kg per orang.

Belgica fort


Paradise for diving karena jernihnya air laut bak cristal yang bening berkilauan, dengan kehidupan bawah laut dengan beribu-ribu macam spesies ikan dan koral yang berwarna-warni bak permadani yang membentang seluas perairan sekitar banda, karena airnya yang masih murni belum tercemar oleh lingkungan yang kotor.


Benteng Nassau

Yang paling berkesan buat saya tentang Banda adalah "Nilai sejarah" dari kepulauan ini sangat tinggi. Begitu saya menginjakan kaki di Banda serasa saya kembali pada 200 tahun yang lalu. Disaat saya mengunjungi bangunan-bangunan kuno seperti dapat merasakan betapa megah nya bangunan ini pada waktu itu.




Bangunan Rumah tua
bekas pemerintahan VOC
Semoga blog dan tulisan ini bisa menjadi Inspirasi temen-temen semua untuk mengunjungi Banda dan lebih mencintai Indonesia dengan berbagai macam budaya dan nilai sejarahnya..
Di Blog selanjutnya saya akan memberikan sedikit cerita tentang pulau-pulau yang ada di kepulauan Banda.
tunggu kabar selanjutnya ya..

Ini film untuk kenangan kita di Banda Naira..
Enjoy..

Bagus_Bagus (Nice_Nice) from Carl Valiquet on Vimeo.

Please visit my other blog about MOMENT products http://andani-moment4infinity-8144265.blogspot.com/

Silahkan kunjungi blog saya yang lain tentang produk MOMENT http://andani-moment4infinity-8144265.blogspot.com/